Senin, 14 Maret 2011

kehamilan ektopik 2

Definisi
Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba falopi (saluran tuba) menuju ke uterus (rahim). Telur tersebut akan berimplantasi (melekat) pada rahim dan mulai tumbuh menjadi janin.
Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak semestinya. Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%), meskipun begitu kehamilan ektopik juga dapat terjadi di ovarium (indung telur), rongga abdomen (perut), atau serviks (leher rahim).
Gambar 1. Lokasi Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan. Hal yang menyebabkan besarnya angka kematian ibu akibat kehamilan ektopik adalah kurangnya deteksi dini dan pengobatan setelah diketahui mengalami kehamilan ektopik.
Kehamilan ektopik merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu pada triwulan pertama dari kehamilan. Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa menjadi normal.
Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar di saluran tuba maka suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang ditanggungnya

perdarahan antepartum

Perdarahan Antepartum

Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi yaitu sebesar 420 per 100.000 kelahiran hidup, rasio tersebut sangat tinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya (Mauldin, 1994).

Langkah utama yang paling penting untuk menurunkan angka kematian ibu adalah mengetahui penyebab utama kematian. Di Indonesia sampai saat ini ada tiga penyebab utama kematian ibu yaitu perdarahan, pre eklampsia-eklampsia, dan infeksi.

Perdarahan sebelum, sewaktu, dan sesudah bersalin adalah kelainan yang berbahaya dan mengancam ibu. Perdarahan pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya. Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua ialah kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram), meningat kemungkinan hidup janin diluar uterus (Wiknjosastro, 1999).

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, R, 1998).

Frekuensi perdarahan antepartum kira-kira 3% dari seluruh persalinan. Di Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (1971-1975) dilaporkan 14,3% dari seluruh persalinan; R.S. Pirngadi Medan kira-kira 10% dari seluruh persalinan, dan di Kuala Lumpur, Malaysia (1953-1962) 3% dari seluruh persalinan (Wiknjosastro, 1999).

Perdarahan ante partum dapat disebabkan oleh plasenta previa, solusio plasenta, ruptura sinus marginalis, atau vasa previa. Yang paling banyak menurut data RSCM jakarta tahun 1971-1975 adalah solusio plasenta dan plasenta previa. Diagnosa secara tepat sangat membantu menyelamatkan nyawa ibu dan janin. Ultrasonografi merupakan motede pertama sebagai pemeriksaan penunjang dalam penegakkan plasenta previa.

Plasenta Previa adalah suatu kesulitan kehamilan yang terjadi pada trimesters kedua dan ketiga kehamilan. Dapat mengakibatkan kematian bagi ibu dan janin. Ini adalah salah satu penyebab pendarahan vaginal yang paling banyak pada trimester kedua dan ketiga. Plasenta Previa biasanya digambarkan sebagai implantation dari plasenta di dekat ostium interna uteri (didekat cervix uteri).

Di AS plasenta previa ditemukan kira-kira 5 dari 1.000 persalinan dan mempunyai tingkat kematian 0.03%. Data terbaru merekam dari 1989-1997 plasenta previa tercatat didapat pada 2,8 kelahiran dari 1000 kelahiran hidup. Di Indonesia, RSCM Jakarta mencatat plasenta previa terjadi pada kira-kira 1 diantara 200 persalinan. Antara tahun 1971-1975 terjadi 37 kasus plasenta previa diantara 4781 persalinan yang terdaftar, atau kira-kira 1 dari 125 persalinan.

Angka kematian maternal karena plasenta previa berkisar 0,03%. Bayi yang lahir dengan plasenta previa cenderuing memiliki berat badan yang rendah dibandingkan bayi yang lahir tanpa plasenta previa. Resiko kematian neonatal juga tinggi pada bayi dengan plasenta previa, dibandingkan dengan bayi tanpa plasenta previa.

Maternal tingkat kematian yang sekunder ke plasenta previa kira-kira 0.03%. Bayi wanita-wanita sudah takdir dengan plasenta previa [tuju/ cenderung] untuk menimbang kurang dari bayi wanita-wanita sudah takdir tanpa plasenta previa. Resiko neonatal [dapat mati/angka kematian] adalah yang lebih tinggi untuk plasenta previa bayi (me)lawan kehamilan tanpa plasenta previa.

Solusio plasenta digambarkan sebagai separasi prematur dari plasenta dari dinding uterus. Pasien dengan solusio plasenta secara khas memiliki gejala dengan pendarahan, kontraksi uteri, dan fetal distres.

Di AS frekwensi solusio plasenta kira-kira 1%, dan solusio plasenta yang mengakibatkan kematian didapatkan sebanyak 0.12% dari jumlah kehamilan (1:830).

Secara keseluruhan tingkat kematian janin pada solusio plasenta adalah 20-40%, tergantung pada tingkat lepasnya plasenta. Nilai ini semakin tinggi tinggi pada pasien dengan riwayat merokok. Sekarang ini, solusio plasenta adalah bertanggung jawab untuk kira-kira 6% kematian maternal. Resiko solusio plasenta meningkatkan pada pasien dengan umur dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.

II.1. Definisi

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar, 1998).

Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan servik biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.

Perdarahan antepartum dapat berasal dari :

a. Kelainan plasenta

1. Plasenta previa

Definisi

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan normal plasenta terletak dibagian atas uterus.

2. Solusio plasenta (Abruptio Placenta)

Definisi

Solusio plasenta ialah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada corpus uteri sebelum lahirnya janin, terjadi pada triwulan ketiga.


3. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya, mungkin disebabkan : ruptura sinus marginalis, atau vasa previa.


























b. Bukan dari kelainan plasenta

Misalnya didapatkan kelainan serviks dan vagina, dapat diketahui bila dilakukan pemeriksaan dengan spekulum yang seksama. Kelainan yang tampak ialah :

- erosio portionis uteri

- carcinoma portionis uteri

- polypus cervicis uteri, varices vulvae, dan trauma.

Disini penulis hanya akan membahas perdarahan antepartum yang bersumber dari kelainan plasenta yaitu tentang plasenta previa dan solusio plasenta dan pemeriksaan penunjang ultrasonography untuk mendukung diagnosa. Perlu diketahui kematian perinatal terbesar karena perdarahan antepartum adalah solutio plasenta (70%) dan
plasenta previa (26,3%).















A. Placenta Normal

B. Placenta Previa

C. Placenta Akreta

D. Solusio Plasenta

II.2. Klasifikasi

Klasifikasi Plasenta Previa

Didasarkan atas terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu :

· Plasenta previa totalis bila seluruh pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta


















· Plasenta previa lateralis bila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta


















· Plasenta previa marginalis bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir pembukaan


















· Plasenta letak rendah bila plasenta yang letaknya abnormal di segmen bawah uterus, akan tetapi belum sampai menutupi pembukaan jalan lahir . Pinggir plasenta kira-kira 3 atau 4 cm diatas pinggir pembukaan, sehingga tidak akan teraba pada pembukaan jalan lahir.

Klasifikasi Solusio Plasenta

· Solusio plasenta totalis, bila plasenta terlepas seluruhnya

· Solusio plasenta parsialis, bila plasenta sebagian terlepas

· Ruptura sinus marginalis, bila hanya sebagian kecil pnggir plasenta yang terlepas.

· Solusio plasenta dengan perdarahan yang keluar, perdarahan dapat menyelundup keluar dibawah selaput ketuban.

· Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi, perdarahan tersembunyi dibelakang plasenta.






Secara klinis berdasarkan derajat terlepasnya plasenta dan tanda klinik yang menyertainya, solusio plasenta dibagi :

· Solusio plasenta ringan

· Solusio plasenta sedang

· Solusio plasenta berat

II.3. Etiologi

1. Plasenta Previa

Disamping masih banyak penyebab plasenta previa yang belum diketahui atau belum jelas, bermacam-macam teari dan faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya.

1. Endometrium yang inferior

2. Chorion leave yang persisten

3. Korpus luteum yang bereaksi lambat

Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan Browne menekankan bahwa faktor terpenting ialah Vili Khorialis persisten pada desidua kapsularis.

Faktor-faktor Etiologi :

1. Umur dan Paritas

· Pada Primigravida, umur diatas 35 tahun lebih sering daripada umur dibawah 25 tahun

· Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah

Di Indonesia, menurut Toha, plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil; hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang (inferior).

2. Hipoplasia endometrium; bila kawin dan hamil pada usia muda

3. Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, post operasi caesar, kuretase, dan manual plasenta.

4. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.

5. Kehamilan janin kembar,.

6. Tumor-tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium

7. Kadang-kadang pada malnutrisi.

8. Riwayat perokok.

2. Solusio Plasenta

Sebab yang jelas terjadinya solusio plasenta belum diketahui, hanya para ahli mengemukakan teori:

Akibat turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke ruangan interviler, maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini menjadi nekrotis, Spasme hilang dan darah kembali mengalir ke dalam intervili, namun pembuluh darah distal tadi sudah demikian rapuhnya serta mudah pecah, sehingga terjadi hematoma yang lambat laun melepaskan plasenta dari rahim. Darah yang berkumpul dibelakang plasenta disebut hematoma retroplasenter.

Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :

1. Faktor vaskuler (80-90%), yaitu toksemia gravidarum, glomerulo nefritis kronika, dan hipertensi esensial.

Karena desakan darah tinggi, maka pembuluh darah mudah pecah, kemudian terjadi haematoma retroplasenter dan plasenta sebagian terlepas.

2. Faktor trauma:

- Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidramnion dan gemeli

- Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar, atau pertolongan persalinan.

3. Faktor paritas.

Lebih banyak dijumpai pada multi daripada primi. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio plasenta dijumpai 45 multi dan 13 primi.

4. Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava inferior, dan lain-lain.

5. Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.

II.4. Diagnosis dan Gejala Klinis

Plasenta Previa

1. Anamnesis

- Keluhan utama Perdarahan pada kehamilan setelah 28 minggu atau pada kehamilan lanjut (trimester III)

- Sifat perdarahan tanpa sebab, tanpa nyeri dan berulang

2. Inspeksi/inspekulo

- Perdarahan keluar pervaginam (dari dalam uterus)

- Tampak anemis

3. Palpasi abdomen

- Janin sering blm cukup bulan, TFU masih rendah

- Sering dijumpai kesalahan letak janin

- Bagian terbawah janin belum turun

4. Pemeriksaan USG

- Evaluasi letak dan posisi plasenta.

- Posisi, presentasi, umur, tanda-tanda kehidupan janin.

- Transabdominal ultrasonography

Suatu metode yang sederhana, akurat, dan aman untuk memvisualisasikan plasenta, teknik ini memiliki keakuratan hingga 93-98%. Pembiasan hasil dan positif palsu dapat terjadi pada kontraksi fokal uterus atau distensi vesika urinaria.

- Transvaginal ultrasonography

Studi terbaru menunjukkan bahwa metode transvaginal ultrasonografi lebih akurat dan aman dibanding metode transabdominal ultrasonografi. Suaru penelitian studi, 26% pasien telah yang didiagnosa dengan plasenta previa oleh metode transabdominal ultrasonografi dinyatakan salah setelah dicek ulang dengan transvaginal ultrasonografi.

Sudut antara probe transvaginal dan saluran cerviks diatur sedemikian rupa sehingga probe tidak sampai masuk ke dalam servik. Beberapa ahli menyatakan probe dimasukkan tidak lebih dari 3 cm untuk memberikan gambaran yang baik dari plasenta.

- Transperineal ultrasonography.

Transperineal ultrasonography merupakan metode alternatif. Terutama pada kasus-kasus kontraindikasi pemasukkan probe ke dalam kanal vagina. Tetapi pemeriksaan lebih lanjut perlu dilakukan untuk mengetahui efikasi dan efisiensinnya.

- Magnetic resonance imaging (MRI.

MRI tetap merupakan cara yang aman dan paling baik untuk visualisasi placenta terutama untuk menentukan visualisasi plasenta akreta.

Solusio Plasenta

Solusio plasenta yang ringan, pada umumnya tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, perdarahan antepartum hanya sedikit, dalam hal ini diagnosis baru kita tegakkan setelah anak lahir. Pada plasenta kita dapati koagulum-koagulum darah dan karakter.

Pada keadaan yang agak berat kita dapat membuat diagnosis berdasarkan :

1. Anamnesis

· Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang paling sakit, dimana plasenta terlepas.

· Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari darah segar dan bekuan-bekuan darah.

· Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).

· Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu kelihatan anemis tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.

· Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.

2. Inspeksi

· Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.

· Pucat, sianosis, keringat dingin.

· Kelihatan darah keluar pervaginam.

3. Palpasi

· TFU naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma; uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.

· Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu his maupun diluar his.

· Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.

· Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang.

4. Auskultasi

Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140, kemudian turun dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.

5. Pemeriksaan dalam

· Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.

· Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun diluar his.

· Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan dengan plasenta previa.

6. Pemeriksaan umum.

· Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat laun turun dan pasien jatuh syok.

· Nadi cepat, kecil, dan filiformis.

7. Pemeriksaan Ultrasonography (USG).

Ultrasonography adalah suatu metode yang penting untuk mengetahui adanya pendarahan di dalam uterus. Kualitas dan sensitifitas ultrasonografi dalam mendeteksi solusio plasenta telah meningkat secra signifikan belakangan ini.

Tetapi bagaimanapun juga ini bukan metode yang sempurna dan sensitif untuk mendeteksi solusio plasenta, tercatat hanya 25% kasus solusio plasenta yang ditegakkan dengan USG.

Solusio plasenta tampak sebagai gambaran gumpalan darah retroplacental, tetapi tidak semua solusio plasenta yang di USG ditemukan gambaran seperti di atas. Pada fase akut, suatu perdarahan biasanya hyperechoic, atau bahkan isoechoic, maka kita bandingkan dengan plasenta.

Gambaran konsisten yang mendukung diagnosa solusio plasenta antara lain adalah; gumpalan hematom retroplasenta (hyperochoic hingga isoechoic pada fase akut, dan berubah menjadi hypoechoic dalam satu minggu), gambaran perdarahan tersembunyi, gambaran perdarahan yang meluas. Manfaat lainnya adalah USG dapat dipakai untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lain perdarahan antepartum.

8. Pemeriksaan laboratorium

· Urin

albumin (+); pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit.

· Darah

Hb menurun (anemi), periksa golongan darah, kalau bisa cross match test.

Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogenemia, maka diperiksakan pula COT (Clot Observation Test) tiap 1 jam, test kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan test kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg%).

9. Pemeriksaan plasenta

· Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanya. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta, yang disebut hematoma retroplasenter.

II.5 Penatalaksanaan

Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 28 minggu yang lebih banyak dari perdarahan yang biasanya terjadi pada permulaan persalinan biasa, harus dianggap sebagai perdarahan antepartum. Apapun penyebabnya penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah atau operasi. Jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam dirumah penderita atau ditempat yang tidak memungkinkan tindakan operatif segera karena pemeriksaan itu dapat menambah banyaknya perdarahan. Pemasaan tampon dalam vagina tidak berguna sama sekali untuk menghentikan perdarahan, malah akan menambah perdarahan karena sentuhan pada servik waktu pemasangannya. Selagi penderita belum jatuh kedalam shock, infus cairan intravena harus segera dipasang, dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit. Memasang jarum infus kedalam pembuluh darah sebelum terjadi shock akan jauh lebih memudahkan transfusi darah, bila sewaktu-waktu diperlukan.

Segera setelah tiba di rumah sakit, usaha pengadaan darah harus segera diberikan walaupun perdarahanya tidak seberapa banyak. Pengambilan contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah, dan pemeriksaan kecocokan dengan donornya harus segera dilakukan.

Pertolongan selanjutnya di rumah sakit tergantung dari paritas, tuanya kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau belum mulainya persalinan, dan diagnosis yang ditegakkan.

Pengawasan antenatal sebagai cara untuk mengetahui atau menanggulangi kasus-kasus dengan perdarahan antepartum memegang peranan yang terbatas. Walaupun demikian, beberapa pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan antenatal dapat mengurangi kesulitan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan dan perhatian yang dimaksud ialah penentuan golongan darah ibu dan calon donornya, pengobatan anemia pada kehamilan, seleksi ibu untuk bersalin di rumah sakit, memperhatikan kemungkinan adanya plasentaprevia, dan mencegah serta mengobati penyakit hipertensi menahun dan preeeklampsia.

Para ibu hamil yang patut dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum ialah para ibu yang umurnya lebih dari 35 tahun, paritas 5 atau lebih, bagian bawah janin selalu terapung di atas PAP, atau menderita preeklampsia.

Penanganan Plasenta Previa

1. Penanganan Pasif

· Tiap-tiap perdarahan triwulan ke3 yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke RS tanpa dilakukan manipulasi apapun baik rektal maupun vaginal.

· Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan <37 minggu, bb<2500gr, maka kehamilan dapat dipertahankan dengan istirahat dan pemberian obat-obatan seperti spasmolitika, progestin. Observasi dengan teliti.

· Sambil mengawasi periksalah golongan darah dan siapkan donor transfusi darah. Bila memungkinkan kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya janin terhindar dari prematuritas.

· Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil dengan tersangka plasenta previa di rujuk segera ke RS dimana terdapat fasilitas operasi dan donor transfusi darah.

· Bila kekurangan darah berikan transfusi darah dan obat-obatan penambah darah

2. Cara persalinan

Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :

· Jenis plasenta previa

· Perdarahan banyak/sedikit tetapi berulang-ulang

· Keadaan umum ibu hamil

· Keadaan janin hidup, gawat atau meninggal

· Pembukaan jalan lahir

· Paritas atau jumlah anak hidup

Fasilitas penolong dan RS Setelah memperhatikan faktor-faktor diatas ada 2 pilihan persalinan yaitu:

· Persalinan pervaginam

1. Amniotomi

Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan pervaginam.

Indikasi :

- Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah bila ada pembukaan

- Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan 4 cm atau lebih

- Plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin telah meninggal.

2. Memasang Cunam Willet Gausz

cara :

- kulit kepala janin diklem dengan cunam willet gausz

- cunam diikat dengan kain kasa atau tali dan diberi beban kira-kira 50-100 gr atau satu batu bata seperti katrol.

- Dengan jalan ini diharapkan perdarahan berhenti dan persalinan diawasi dengan teliti

3. Versi Braxton-Hicks

Versi dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki, supaya dapat ditarik keluar. Bila janin letak sungsang atau kaki menarik kaki keluar akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa, dikatrol dan diberi beban 50-100 gram (1 batu bata)

4. Menembus plasenta diikuti dengan versi Braxton-Hicks atau Willet Gausz

Hal ini sekarang tidak dilakukan lagi karena menyebabkan perdarahan yang banyak.Menembus plasenta dapat dilakukan pada plasenta previa totalis

5. Metreurynter

Yaitu memasukkan kantong karet yang diisi udara atau air sebagai tampon, cara ini tidak dipakai lagi.

· Persalinan perabdominal dengan SC

Indikasi :

a. Semua plasenta previa totalis janin hidup atau meninggal

b. Semua plasenta previa lateralis posterior karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara yang ada.

c. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan yang ada.

d. plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang

Penanganan Solusio Plasenta

1. Terapi konservatif (ekspektatif)

Prinsipnya kita hanya menunggu sampai perdarahan berhenti dan kemudian partus berlangsung spontan. Menurut cara ini, perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan intrauterin bertambah lama bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah arteri yang robek. Sambil menunggu/mengawasi kita berikan:

− Suntikan morfin subkutan

− Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine, cardizol, dan pentazol.

− Tranfusi darah.

Dahulu ada yang berpendapat hanya diberikan darah kalau sangat mendesak sebab bisa meninggikan tekanan darah, dan ini akan menambah hebat perdarahan. Sekarang harus diberikan darah secepatnya yang gunanya untuk mengatasi syok dan anemia, mencegah terjadinya nekrosis korteks renalis yang dapat berakibat anuria dan uremia, serta untuk menambah kadar fibrinogen, agar mekanisme pembekuan darah tidak terganggu.

Partus biasanya akan berlangsung 6-12 jam sesudah terjadinya solusio plasenta, karena kekejangan uterus.

Kekejangan uterus terjadi karena perangsangan oleh hematoma retroplasenter, atau karena terlepasnya plasenta sehingga hormon yang dihasilkan plasenta berkurang (terutama progesteron), atau karena adanya koagulum-koagulum yang meninggikan histamin dalam sirkulasi ibu.

2. Terapi aktif

Prinsip: kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak segera dilahirkan dan perdarahan berhenti, misalnya dengan operatif dan obstetrik.

Langkah-langkah:

a. Amniotomi (pemecahan ketuban) dan pemberian oksitosin kemudian awasi serta pimpin partus spontan.

Ada perbedaan pendapat yang terdiri atas 2 aliran:

• Aliran setuju (pro), dengan alasan bahwa dengan pemecahan ketuban diharapkan persalinan akan berlangsung lebih cepat serta mengurangi tekanan intrauterin yang tinggi yang dapat menyebabkan komplikasi nekrosis korteks ginjal dan gangguan pembekuan darah.

• Aliran kontra, dengan alasan bahwa dengan amniotomi akan terjadi perdarahan yang banyak dan terus menerus. Sedangkan kalau dibiarkan (tidak dipecahkan) tekanan hematoma retrouterin dan tekanan intrauterin dapat menekan luka-luka dan menghentikan perdarahan.

b. Accouchement force, yaitu pelebaran dan peregangan serviks diikuti dengan pemasangan cunam Willet Gausz atau versi Braxton-Hicks.

c. Bila pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap, dan kepala sudah turun sampai Hodge III-IV, maka bila janin hidup, lakukan ekstraksi vakum atau forsep; tetapi bila janin meninggal, lakukanlah embriotomi.

d. Seksio sesaria biasanya dilakukan pada keadaan:

− Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.

− Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi pembukaan masih kecil.

− Solusio plasenta dengan panggul sempit atau letak lintang.

e. Histerektomi dapat dilakukan bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia dan kalau persediaan darah tau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup. Selain itu juga pada couvelair uterus dengan kontraksi uterus yang tidak baik.

f. Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin dipertahankan.

g. Pada hipofibrinogenemia berikan darah segar beberapa kantung; plasma darah; dan fibrinogen 4-6 gram.

II.6. Komplikasi

Plasenta Previa

1. Prolaps tali pusat

2. Prolaps plasenta

3. Plasenta melekat sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kuretase

4. Robeka-robekan jalan lahir karena tindakan

5. Perdarahan post partum

6. Infeksi karena perdarahan yang banyak

7. Bayi prematur atau lahir mati

Solusio Plasenta

a. Langsung (immediate)

− Perdarahan

− Infeksi

− Emboli dan syok obstetrik

b. Komplikasi tidak langsung (delayed)

− Couvelair uterus, sehingga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan postpartum.

− a/hipofibrinogenemia dengan perdarahan post partum

− Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia

− kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis dan lain-lain

II.7. Prognosis

Plasenta previa

Karena dahulu penanganan relatif bersifat konservatif, maka mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi tinggi, mortalis ibu mencapai 8-10% dan mortalitas janin 50-80%.

Sekarang penangan relatif bersifat operatif dini sehingga angka kematian dan kesakitan ibu dan perinatal jauh menurun. Kematian maternal menjadi 0,1-5% terutama disebabkan perdarahan, infeksi, emboli udara, dan trauma karena tindakan.kematian perinatal juga turun menjadi 7-25% terutama disebabkan oleh prematuritas, asfiksia, prolaps funikuli dan persalinan buatan atau tindakan.

Solusio Plasenta

· Terhadap ibu

Mortalitas menurut kepustakaan 5-10%, sedangkan di RS Pringadi Medan dilaporkan 6,7%. Hal ini dikarenakan adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus, toksemia gravidarum, kerusakan organ terutama nekrosis korteks ginjal dan infeksi.

· Terhadap anak

Mortalitas anak tinggi menurut kepustakaan 70-80%, sedangkan di RS Pringadi Medan 77,7%. Hal ini tergantung pada derajat pelepasan dari plasenta, bila yang terlepas lebih dari 1/3 maka kemungkinan kematian anak 100%. Selain itu juga tergantung pada prematuritas dan tindakan persalinan.

· Terhadap kehamilan berikutnya

Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta, maka pada kehamilan berikutnya sering terjadio solusio plasenta yang lebih berat dengan partus prematurus atau immaturus.

KESIMPULAN

1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan setelah 28 minggu.

2. Faktor-faktor terjadinya perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta, ruptur sinus marginalis, plasenta letak rendah atau vasa previa.

3. Pentingnya diagnosa secara dini membantu penatalaksanaan secara dini sehingga dapat mengurangi angka mortalitas.

4. penggunaan Ultrasonography pada plasenta previa sangat akurat dan menunjang diagnosa secara cepat.

5. Penatalaksanaan perdarahan antepartum yang baik dapat mengurangi angka mortalitas dan morbiditas ibu dan janin.



DAFTAR PUSTAKA

1. Mauldin. 1994. Maternal Mortality in Developing Countries a Comparison of rates from Two International Compendia, Population and Development Reviews. Jakarta ; Medika. 20(2): 413-421

2. Mochtar R. 1998. Perdarahan Antepartum, Sinopsis Obstetri jilid 1 ed. 2. hal. 269-287. Jakarta ; EGC.

3. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: JNPKKR-YBPSP.

4. Wiknjosastro H. 1999. Perdarahan Antepartum, Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, FK-UI.

5. Sarwono Prawirohardjo. 2002. Perdarahan Antepartum, Ultrasonografi dalam obstetri, Ilmu kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, FK-UI.

6. Cunningham, dkk. Williams Obstetrics, 21st edition. USA: McGraw-Hill. 2001.

7. Patrick Ko, MD. 2005. Placenta Previa. E-medicine world medical library. www.emedicine.com

8. Shad H Deering, MD. 2005. Abruption Placenta. E-medicine world medical library. www.emedicine.coms

kehamilan ektopik

Kehamilan Ektopik (di luar kandungan)
   
Gambar 1. Kehamilan di luar kandungan (saluran telur kiri)
Kehamilan ektopik atau yang dikenal orang awam sebagai kehamilan di luar kandungan adalah implantasi (penanaman) ovum yang telah dibuahi di tempat yang tidak semestinya (diluar rahim). Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik akan menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir sampai kematian karena terjadinya perdarahan di dalam rongga perut yang tidak dapat terlihat dengan mata kasat.
Apa gejala dari kehamilan ektopik?
Tidak ada gejala atau tanda yang khas pada kehamilan ektopik ini, pada awalnya sang wanita akan merasakan hal yang sama dengan kehamilan normal lainnya. Gejala timbul bila telah terjadi perdarahan yang berarti di dalam dinding perut. Gejala tersebut adalah rasa nyeri pada daerah panggul atau perut, perdarahan dari kemaluan, pingsan atau pandangan berkunang-kunang akibat kekurangan darah. Itu sebabnya pentinguntuk melakukan deteksi dini kehamilan ektopik pada kehamilan awal.
Bagaimana mendeteksi dini kehamilan ektopik ini ?
Deteksi dini adalah jalan terbaik untuk mengatasi kehamilan ektopik. Jika Anda hamil (hasil test kehamilan positif) dan kehamilan Anda masih awal (2-3 bulan), sebaiknya dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) transvaginal untuk deteksi dini yang akurat. Bila ada gambaran kantong kehamilan (gestasional sac) pada rahim, maka hal ini dapat menyingkirkan kehamilan ektopik. Hasil akan lebih akurat bila dikombinasikan dengan pemeriksaan kadar hCG darah. Pada kehamilan normal, kadar hCG dapat dibandingkan dengan gambaran USG transvaginal yang didapatkan. Pemeriksaan kadar progesteron darah juga dapat membedakan kehamilan yang normal dan yang tidak normal. Kadar progesteron darah >25 ng/mL dapat memberikan gambaran kehamilan yang normal pada 97.4% kehamilan dan pada kadar <5 ng/mL menunjukkan kehamilan yang abnormal dengan sensitivitas hampir 100%.
Pengobatan apa yang dapat dilakukan ?
Bila kehamilan diketahui secara dini dan belum terdapat perdarahan aktif di dalam rongga perut, maka dapat digunakan obat kemoterapi seperti methotrexate. Beberapa kriteria yang mendukung pemakaian obat kemoterapi adalah ukuran kantung kehamilan < 3 cm, keadaan umum pasien baik, tidak adanya cairan bebas, kadar ßhCG < 5000 mIUdan sarana kesehatan mudah dicapai ibu, serta kontraindikasi obat ini seperti imunitas lemah, alkoholisme, penyakit ginjal dan hati. Bila syarat-syarat diatas tidak terpenuhi, maka pengobatan terpilih adalah dengan pembedahan.
Pembedahan jenis apa yang sesuai?
Saat ini dimana telah tersedia fasilitas untuk melakukan laparoskopi, standar pengobatan (gold standard) kehamilan ektopik adalah dengan laparoskopi. Dengan laparoskopi, banyak keuntungan yang didapatkan oleh pasien dibanding laparatomi (open surgery). Antara lain: luka operasi yang kecil, infeksi luka yang sedikit, nyeri pasca operasi yang ringan, perlengketan pasca operasi yang lebih sedikit dan waktu rawat inap yang lebih cepat. Pada laparoskopi dapat dilakukan pembersihan sampai dengan pengangkatan saluran telur.
Bagaimana bila saya memutuskan hamil lagi ?
Wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, dapat hamil lagi, hanya saja memiliki resiko kehamilan ektopik berulang sebesar 3 kali lipat lebih tinggi daripada wanita tanpa riwayat. Sebaiknya Anda memeriksakan kandungan anda secara teratur ke dokter kandungan bila Anda ingin hamil lagi setelah mengalami kehamilan ektopik.
Benarkah kehamilan di luar kandungan membuat saya tidak subur ?
Anda memiliki dua saluran tuba, sehingga bila hanya satu yang tidak dapat berfungsi maka anda masih memiliki satu saluran lagi. Apalagi bila kehamilan ektopik dideteksi dini dan dioperasi dengan baik, maka saluran telur anda masih dapat diselamatkan.
Apa komplikasi kehamilan ektopik?
Penting untuk diketahui sebelumnya bahwa pada kehamilan di luar kandungan ini, janin tidak dapat berkembang seperti layaknya janin yang berada didalam rahim, sehingga kehamilan ini tidak dapat dipertahankan. Komplikasi yang dapat terjadi:
Akar plasenta menempel lapisan saluran telur tersebut, lalu menimbulkan perdarahan-perdarahan kecil
kemudian terlepas spontan. Selanjutnya sisa-sisa jaringan keluar secara spontan yang sering disebut “abortus tuba” (tubal abortion).
Akar plasenta menembus lapisan saluran telur tersebut dan mengakibatkan
pecahnya pembuluh darah dengan akibat yang ditimbulkan adalah perdarahan hebat yang dapat menimbulkan kematian.

Dimana dapat terjadi kehamilan ektopik?
Tempat yang sering menjadi lokasi kehamilan ektopik adalah :
  • Ujung fimbriae tuba falopii (saluran telur) (17%).
  • Ampula tuba falopii (55%).
  • Isthmus tuba falopii (25%).
  • Pars intertisialis tuba falopii (2%).
  • Permukaan ovarium.
  • Serviks uteri.
  • Omentum perut (kehamilan abdominal), sangat jarang terjadi.

Faktor resiko apa untuk seseorang mengalami kehamilan ektopik?

  • Riwayat salfingitis (radang saluran telur) : resiko meningkat 5-10 kali lipat.
  • Perlengketan saluran telur (tuba falopii).
  • Kelainan anatomi tuba.
  • Riwayat operasi pada saluran telur sebelumnya.
  • Penggunaan kontrasepsi oral yang hanya mengandung progesterone saja.
  • Merokok.
  • Usia tua.
  • Riwayat abortus berulang.

fatologi kehamilan

PRE EKLAMPSIA
A. DEFINISI
Preeclampsia (pre-e-klam-si-a) atau toxemia , adalah suatu gangguan yang muncul pada masa kehamilan, umumnya terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu (trimester ketiga). Gejala-gejala yang umum adalah tingginya tekanan darah, pembengkakan yang tak kunjung sembuh dan tingginya jumlah protein di urin.Preeklamsia yang berat bisa menimbulkan eklampsia. Preeklampsia dan eklamsia merupakan penyabab kematian ibu dan parinetal yang tinggi terutama dinegra berkembang. Kematian karana eklampsia meningkat dengan tajam dibandingkan dengan tingkat preeklamsia berat. Oleh karena itu menegaskan diagnosa dini preekalamsia dan menjegah agar jangan melanjut menjadi eklampsia merupakan tujuan pengobatan. Perkataan “eklampsia” berasalo dari yunani yang berarti “halilintar” karena gejala eklampsia dating dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian preeklamsia dan eklamsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif, dan prevantif.
Teori iskemia implantasi plasenta dapat menetapkan berbagai gejala prekamsia dan eklampsia.
 Kenaikan tekanan darah .
 Pengurangan protein dalam urin.
 Edema kaki tangan sampai muka.
 Terjadi gejala subjektif, yaitu : Kenaikan tekatan darah, penglihatan kabur, nyeri pad aepigastrium, sesak napas, berkurangnya urin.
 Menurunnya kesadaran wanita hamil sampi koma.
 Terjada kejang.
Pada periksaan darah kehamilan normal terdapat penigkatan angiotensis, rennin,dan aldosteron, sebagai kopensasi sehingga peredaran darah dalam metabolismedapat berlangsung.Pada preeklamsia daneklampsia terjadi penurunan angiotensis, renin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dn proteunera. Bagaimana teori iskemia imlpantasi plasenta dapat menarangkan gejala klinik tersebut? Berdasarkan teori eskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap kedalam riskulasi, yang dapat meningkatkan sintivitas terhadap angiotensin II, rennin, dan aldosteron, sperme pembuluh darah arterior dan tertahannya garam dan air.

B. ETIMOLOGI
Preeclampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan pada wanita yang memiliki sejarah preeclampsia di keluarganya. Resiko lebih tinggi terjadi pada wanita yang memiliki banyak anak, ibu hamil usia remaja, dan wanita hamil di atas usia 40 tahun. Selain itu, wanita dengan tekanan darah tinggi atau memiliki gangguan ginjal sebelum hamil juga beresiko tinggi mengalami preeclampsia . Penyebab sesungguhnya masih belum diketahui.dapat disimpulkan:
 Jumlah primigravida, terutama primigravida muda.
 Distensi rahim berlebihan: hidramnion, hamil ganda, mola hidatidosa
 Penyakit yang menyertai hamil: diabetes mellitus, kegemukan.
 Jumlah umur ibu diatas 35 tahun.
 Pre-eklamspia berkisar antara 3% sampai dengan 5% dari kehamilan yang dirawat.

C. PERUBAHAN PATOLOGI
Terjadinya spesme pembuluh darah arteriol menuju organ penting dalm tubuh dapat menimbulkan:
a. Gangguan metabolisme jaringan.
• Terjadi metabolisme anaerobic lemak dan protein.
• Pembakaran yang tidk sempurna menyebabkan pembentukan badan keton dan asidosis.
b. Gangguan peredaran darah dapat menimbulkan: Nekrosis, perdarahan, edema jaringan
c. Mengecilnya aliran darah menuju retroplasenter siskulasi menimbulkan gangguan pertukaran nutrisi. CO2 dan O2 yang menyebabkan asfiksia sampai kematia janin dalam rahim.
Perubahan patologis organ-organ penting dijelaskan sebgai berikut:
1. Perubahan hati.
 Perdarahan yang tidk teratur.
 Terjadi nekrosis, trombosis pada lobus hati.
 Rasa nyeri di epigastrium karena perdarahan subkapsuler.
2. Retina
 Spesme arteriol,edema sekitar diskus optikus
 Ablosio retina (lepasnya retina)
 Menyebabkan penglihatan kabur.
3. Otak
 Spesme pembuluh darah srteriol otak menyebabkan anemia jaringan otak, perdarahan dan nekrosis
 Menimbulkan nyeri kepala yang berat.
4. Paru – paru
 Berbagai tingkat edema.
 Bronkupneumonia sampai abses.
 Menyebabkan sesak napas sampai sianosis.
5. Jantung
 Perubahan degenerasi lemak dan edema.
 Perdarahan sub-endokardial
 Menimbulkan dekompensasio kardis sampai terhentinya fungsi jantung.
6. Aliran darah ke plasenta.
 Spesme arteriol yang mendadak menyebabkan asfiksia berat sampai kematian janin.Spesme yang berlangsung lama, mengganggu pertumbuhan janin.
7. Perubahn ginjl.
 Spesme arteriol menyebabkan aliran darah keginjal menurun sehingga filterasi glomelurus berkurang.
 Penyerapan air dan garam tubulus tetap, terjadi retensi air dan garam.
 Edema pad tungakai dan tangan, paru dan organ lain.
8. Perubahan pembuluh darah.
 Permeabeliltas terhadap protein makin tinggi sehingga terjdi vasasi protein ke jaringan .
 Protein ektravaskuler menarik air dan garam menimbulkan edema.
 Hemokondentrasi darah yang menyebbkan gangguan fungsi metabolisme tubuh dan trombosis.]

D. DASAR DIAGNOSIS PRE-EKSAMPSIA
Kejadian pre-ekslamspia dan ekslamspia sulit dicegah, tetapi diagnosis dini sangat menentukan prognosa janin. Pengawasan hamil sangat penting karena pre-ekslamspia berat dan ekslamspia merupakan penyebab kematian yang cukup tinggi, terutama di Negara berkembang. Diagnosis ditetapkan dengan dua dari trias pre-ekslamspia yaitu kenaikan berat badan-edema, kenaikan tekanan darah, dan terdapat protein dalam urine (proteinuria).

E. KLASIFIKASI PRE-EKLAMPSIA
Preeklampsia digolongkan preeklampsia ringan dan preeklamsia ringan dan gejala dan tanda sebagai berikut:

Preeklampsia ringan
1. Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mm Hg ddengan interval pemeriksaan 6 jam.
2. Tekanan darah diastole 90 atau kenaikan 15 mm Hg dengan interval periksaan jam.
3. Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam satu minggu.
4. Proteinuera 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitas plus 1 sampi 2 urin kateter atau urin aliran pertengahan.
Preeklampsia Berat
Bila tanda salah satu diantara gejal ditemukan dalam ibu hamilsudah dapat di golongkan preeklampsia berat;
1. Tekanan darah 160/110 mm Hg.
2. Oligouria, urin kurang dari 400 cc/ 24 jam.
3. Proteinuria lebih dari tiga gr/liter
4. Keluhan subjektif:
• Nyeri epigastrium
• Gangguan penglihatan
• Nyeri kepala
• Edema paru dan sianosis
• Gangguan kesadaran
5. Pemeriksaan:
• Kadar enzim meningkat disertai ikterus
• Perdarahan pada retina
• Trombosit kurang dari 100.000/mm
Peningkatan gejala dan tanda preeklampsia berat memberikan petunjuk akan terjadi eklampsia, yang amempunyai prognosa buruk dengan angka kematia maternal ddan janin tinggi.


F. CARA MENGATASI PREEKLAMPSIA
Apabila Anda mengalami preeclampsia , melahirkan adalah cara yang paling tepat untuk melindungi Anda dan bayi Anda. Tapi hal ini tidak selalu harus dilakukan, karena bisa jadi bayi Anda terlalu dini untuk dilahirkan. Apabila kelahiran tidak memungkinkan karena usia kandungan yang terlalu dini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk mengatasi preeclampsia sampai bayi dinyatakan cukup umur untuk bisa dilahirkan. Langkah-langkah tersebut meliputi penurunan tekanan darah dengan cara istirahat total (bed-rest ) atau dengan obat-obatan, dan perhatian khusus dari dokter. Pada beberapa kasus, bisa jadi diperlukan opname di rumah sakit. Salah satu cara mengendalikan tekanan darah ketika Anda tidak sedang hamil adalah dengan membatasi jumlah garam pada makanan Anda. Namun hal ini bukanlah ide bagus apabila Anda mengalami hipertensi pada saat hamil. Tubuh Anda membutuhkan garam untuk menjaga aliran cairan tubuh, jadi Anda tetap membutuhkan asupan garam dalam jumlah normal. Dokter Anda akan menginformasikan berapa banyak jumlah garam yang Anda butuhkan perhari dan berapa banyak jumlah air yang harus anda minum tiap harinya. Dokter anda mungkin akan memberikan aspirin atau tambahan kalsium untuk mencegah preeclampsia . Dokter mungkin juga akan menyarankan Anda untuk berbaring pada sisi kiri anda saat anda beristirahat. Hal ini akan meningkatkan aliran darah dan mengurangi beban pembuluh darah besar Anda. Banyak dokter memberikan magnesium sulfat selama proses melahirkan dan beberapa hari setelah melahirkan untuk mencegah eclampsia .

konsep dasar asuhan kehamilan

Setiap kehamilan merupakan proses alamiah, bila tidak dikelola dengan baik akan memberikan komplikasi pada ibu dan janin dalam keadaan sehat dan aman.

Filosofi adalah pernyataan mengenai keyakinan dan nilai/value yang dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang/kelompok. Filosofi asuhan kehamilan menggambarkan keyakinan yang dianut oleh bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan asuhan kebidanan pada klien selama masa kehamilan.

FILOSOFI ASUHAN KEHAMILAN
Dalam filosofi asuhan kehamilan ini dijelaskan beberapa keyakinan yang akan mewarnai asuhan itu.

1. Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis, bukan patologis. Oleh karenanya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.
2. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care) Sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang profesional yang sama atau dari satu team kecil tenaga profesional, sebab dengan begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan .
3. Pelayanan yang terpusat pada wanita (women centered) serta keluarga (family centered)
Wanita (ibu) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral/tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan mempengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit sosial yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggotanya. Dalam hal pengambilan keputusan haruslah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengambilan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidanannya.
4. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan/pengalaman yang berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga profesional kesehatan tidak mungkin terus menerus mendampingi dan merawat ibu hamil, karenanya ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar. Perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.

Seorang bidan harus memahami bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses yang alamiah dan fisiologis, walau tidak dipungkiri dalam beberapa kasus mungkin terjadi komplikasi sejak awal karena kondisi tertentu/ komplikasi tersebut terjadi kemudian. Proses kelahiran meliputi kejadian fisik, psikososial dan kultural.

Kehamilan merupakan pengalaman yang sangat bermakna bagi perempuan, keluarga dan masyarakat. Perilaku ibu selama masa kehamilannya akan mempengaruhi kehamilannya, perilaku ibu dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi kesehatan ibu dan janin yang dilahirkan. Bidan harus mempertahankan kesehatan ibu dan janin serta mencegah komplikasi pada saat kehamilan dan persalinan sebagai satu kesatuan yang utuh.

TUJUAN ANTENATAL CARE
a. Memantau kemajuan kehamilan dan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan/komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu dan bayi dengan trauma seminimal mungkin
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI Ekslusif
f. Peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin (280 hari/ 40 mg) atau 9 bulan 7 hari. Periode dalam kehamilan terbagi dalam 3 triwulan/trimester :
1. Trimester I awal kehamilan sampai 14 mg
2. Trimester II kehamilan 14 mg – 28 mg
3. Trimester III kehamilan 28 mg – 36 mg/ 40 mg

SEJARAH ASUHAN KEHAMILAN
Dimasa yang lalu, bidan dan dokter banyak menggunakan waktu selama kunjungan antenatal untuk penilaian resiko berdasarkan riwayat medis dan obstetri serta temuan-temuan fisik yang lalu. Tujuan dari penilaian resiko ini adalah untuk mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuk ibu-ibu ini untuk mendapatkan asuhan yang khusus. Sekarang kita telah mengetahui bahwa penilaian resiko tidak mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Penilaian resiko juga tidak menjamin perkiraan, ibu yang mana yang akan mempunyai masalah selama persalinan. Mengapa penilaian resiko tidak lagi digunakan? Ia tidak lagi dipergunakan karena setiap ibu hamil akan menghadapi resiko komplikasi dan harus mempunyai jangkauan kepada asuhan kesehatan maternal yang berkualitas. Hampir tidak mungkin memperkirakan ibu hamil yang mana yang akan menghadapi komplikasi yang akan mengancam keselamatan jiwa secara akurat. Banyak ibu-ibu yang digolongkan ”beresiko tinggi” yang tidak mengalami komplikasi apapun. Misalnya seorang ibu yang tingginya kurang dari 139 cm mungkin akan melahirkan bayi seberat 2500 gram tanpa masalah. Demikian juga, seorang ibu yang mempunyai riwayat tidak begitu berarti, kehamilan normal dan persalinan yang tidak berkomplikasi mungkin saja mengalami perdarahan pasca persalinan.

Dalam suatu studi di Zaire, dengan menggunakan berbgai macam metode, formula dan skala untuk melakukan penapisan ”resiko” diteliti. Studi ini menemukan bahwa 71 % ibu yang mengalami partus macet tidak digolongkan ke dalam kelompok beresiko sebelumnya. Sebagai tambahan, 90 % ibu-ibu yang diidentifikasi ”beresiko” tidak mengalami komplikasi. Kebanyakan ibu-ibu yang mengalami komplikasi tidak mempunyai faktor resiko dan digolongkan ke dalam kelompok ”beresiko rendah”. Suatu contoh seorang ibu yang beresiko rendah adalah berumur 24 tahun, G2 P1 tanpa faktor resiko dan persalinan normal yang melahirkan bayi 3 kg dan mengalami perdarahan 1000 cc karena atonia uteri.

LINGKUP ASUHAN KEHAMILAN Ruang lingkup asuhan kehamilan meliputi
1. Konsepsi :
Bersatunya ovum dan sperma yang didahului oleh ovulasi dan inseminasi
2. Ovulasi :
Runtuhnya ovum dari folikel dalam ovarium bila ovum gagal bertemu dalam waktu 2 x 24 jam → mati/hancur
3. Inseminasi :
Keluarnya sperma dari urethra pria kedalam vagina wanita. Sperma bergerak melalui uterus → tuba fallopi dengan kecepatan 1 kaki/jam. Alat gerak sperma → Ekor dengan panjang rata-rata 10x bagian kepala
4. Asuhan kehamilan normal dan identifikasi kehamilan dalam rangka penapisan untuk menjaring keadaan resiko tinggi dan mencegah adanya komplikasi kehamilan.

STANDAR ASUHAN KEHAMILAN
Kebijakan program : Anjuran WHO
• Trimester I : Satu kali kunjungan
• Trimester II : Satu kali kunjungan
• Trimester II : Dua kali kunjungan

Standar Minimal Asuhan Antenatal : “7 T”
1. Timbang berat badan
2. Tinggi fundus uteri
3. Tekanan darah
4. Tetanus toxoid
5. Tablet Fe
6. Tes PMS
7. Temu wicara

Sebagai profesional bidan, dalam melaksanakan prakteknya harus sesuai dengan standard pelayanan kebidanan yang berlaku. Standard mencerminkan norma, pengetahuan dan tingkat kinerja yang telah disepakati oleh profesi. Penerapan standard pelayanan akan sekaligus melindungi masyarakat karena penilaian terhadap proses dan hasil pelayanan dapat dilakukan atas dasar yang jelas. Kelalaian dalam praktek terjadi bila pelayanan yang diberikan tidak memenuhi standard dan terbukti membahayakan.

PRINSIP POKOK ASUHAN KEHAMILAN
Prinsip-prinsip pokok asuhan antenatal konsisten dengan dan didukung oleh prinsip-prinsip asuhan kebidanan. Lima prinsip-prinsip utama asuhan kebidanan adalah :

a. Kelahiran adalah proses yang normal :
Kehamilan dan kelahiran biasanya merupakan proses yang normal, alami dan sehat. Sebagai bidan, kita membantu dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebagai bidan kita percaya bahwa model asuhan kebidanan yang membantu dan melindungi proses kelahiran normal, adalah yang paling sesuai untuk kebanyakan ibu selama kehamilan dan kelahiran.

b. Pemberdayaan :
Ibu dan keluarga mempunyai kebijaksanaan dan seringkali tau kapan mereka akan melahirkan. Keyakinan dan kemampuan ibu untuk melahirkan dan merawat bayi bisa ditingkatkan atau dihilangkan oleh orang yang memberikan asuhan padanya dan oleh lingkungan dimana ia melahirkan. Jika kita bersikap negatif atau kritis, hal ini akan mempengaruhi si ibu. Hal ini juga dapat mempengaruhi lamanya waktu persalinan. Kita, sebagai bidan, harus membantu ibu yang melahirkan daripada untuk mencoba mengontrol persalinannya. Kita harus menghormati bahwa ibu adalah aktor utama dan penolong persalinan adalah aktor pembantu selama proses kelahiran.

c. Otonomi :
Ibu dan keluarga memerlukan informasi sehingga mereka dapat membuat suatu keputusan. Kita harus tau dan menjelaskan informasi yang akurat tentang resiko dan keuntungan semua prosedur, obat-obatan dan tes. Kita juga harus membantu ibu dalam membuat suatu pilihan tentang apa yang terbaik untuk diri dan bayinya berdasarkan nilai dan kepercayaannya (termasuk kepercayaan-kepercayaan budaya dan agama)

d. Jangan Membahayakan :
Intervensi haruslah tidak dilaksanakan secara rutin kecuali terdapat indikasi-indikasi yang spesifik. Pengobatan pada kehamilan, kelahiran atau periode pasca persalinan dengan tes-tes ”rutin”, obat atau prosedur dapat membahayakan bagi ibu dan bayinya. Misalnya prosedur-prosedur yang keuntungannya tidak mempunyai bukti termasuk episiotomi rutin pada primipara, enema dan pengisapan pada semua bayi baru lahir. Bidan yang terampil harus tau kapan harus melakukan sesuatu. Asuhan selama kehamilan, kelahiran dan pasca persalinan, seperti halnya juga penanganan komplikasi harus dilakukan berdasarkan suatu bukti.

e. Tanggung Jawab :
Setiap penolong persalinan harus bertanggung jawab terhadap kualitas asuhan yang ia berikan. Praktek asuhan maternitas harus dilakukan berdasarkan kebutuhan ibu dan bayinya, bukan atas kebutuhan penolong persalinan. Asuhan yang berkualitas tinggi, berfokus pada klien dan sayang ibu berdasarkan bukti ilmiah sekarang ini adalah tanggung jawab semua bidan.

EVIDANCE BASED DLM PRAKTEK KEHAMILAN
Asuhan antenatal yang tidak bermanfaat bahkan merugikan :

1. Menimbang BB secara rutin
2. Penilaian letak janin < style="font-weight: bold; font-style: italic;">Asuhan antenatal yang direkomendasikan :
1. Kunjungan antenatal yang berorientasi pada tujuan petugas kesehatan terampil
2. Persiapan kelahiran * kesiapan menghadapi kompliksi
3. Konseling KB
4. Pemberian ASI
5. Tanda-tanda bahaya, HIV/AIDS
6. Nutrisi
7. Deteksi dan penatalaksanaan kondisi dan komplikasi yang diderita
8. TT
9. Zat besi dan asam folat
10. Pada populasi tertentu, pengobatan preventif malaria, yodium dan vitamin A

TENAGA PROFESIONAL/PENOLONG YANG TERAMPIL Tindakan bidan saat kunjungan antenatal :
1. Mendengarkan dan berbicara kepada ibu serta keluarganya untuk membina hubungan saling percaya
2. Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk membuat rencana persalinan
3. Membantu setiap wanita hamil dan keluarga untuk persiapan menghadapi komplikasi
4. melakukan penapisan untuk kondisi yang mengharuskan melahirkan di RS
5. Mendeteksi dan mengobati komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa (pre-eklamsia, anemia, PMS)
6. Mendeteksi adanya kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 mg dan adanya kelainan letak setelah usia kehamilan 36 mg
7. Memberikan konseling pada ibu sesuai usia kehamilannya, mengenai nutrisi, istirahat, tanda-tanda bahaya, KB, pemberian ASI, ketidaknyamanan yang normal selama kehamilan dsb 8. Memberikan suntikan imunisasi TT bila diperlukan
9. Memberikan suplemen mikronutrisi, termasuk zat besi an folat secara rutin, serta vitamin A bila perlu

ASUHAN ANTENATAL YANG TERFOKUS Tujuan Asuhan Antenatal terfokus meliputi :
1. Peningkatan kesehatan dan kelangsungan hidup melalui :
a. Pendidikan dan konseling kesehatan tentang :
1) Tanda-tanda bahaya dan tindakan yang tepat
2) Gizi termasuk suplemen mikronutrisi serta hidrasi
3) Persiapan untuk pemberian ASI eksklusif segera
4) Pencegahan dan pengenalan gejala-gejala PMS
5) Pencegahan malaria dan infstasi helmith

b. Pembuatan rencana persalinan termasuk kesiapan menghadapi persalinan komplikasi
c. Penyediann TT
d. Suplemen zat besi dan folat, vitamin A, yodium dan kalsium
e. Penyediaan pengobatan/pemberantasan penyakit cacing dan daerah endemi malaria
f. Melibatkan ibu secara aktif dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kesiapan menghadapi persalinan

2. Deteksi dini penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin :
a. Anemia parah
b. Proteinura
c. Hypertensi
d. Syphilis dan PMS
e. HIV
f. Malpresentasi janin setelah minggu ke 36
g. Gerakan janin dan DJJ

3. Intervensi yang tepat waktu untuk menatalaksana suatu penyakit atau komplikasi
a. Anemia parah
b. Pendarahan selama kehamilan
c. Hypertensi, pre-eklamsia dan eklamsia
d. Syphilis, chlamidia, GO, herpes serta PMS lainnya
e. HIV
f. Malpresentasi setelah minggu ke- 36
g. Kematian janin dalam kandungan
h. Penyakit lainnya seperti TBC, diabetes, hepatitis, demam reumatik

Isi asuhan antenatal terfokus :
Setiap wanita hamil, melahirkan atau nifas mengalami resiko komplikasinyang serius dan mengancam jiwanya. Meskipun pertimbangan ’resiko’ ini bisa digunakan oleh individu-individu bidan, perawat dan dokter untuk menyusun advis pengobatan. Kadang kala wanita hamil yang beresiko rendah sering terabaikan sehingga mengembangkan komplikasi dan banyak yang lainnya yang memiliki RESTI malah melahirkan tanpa masalah sama sekali.

4. Peningkatan kesehatan dan komunikasi antar pribadi
a. Pendidikan kesehatan yang bersifat mengikutsertakan dan tidak memecahkan masalah kekhawatiran daripada klien sering sekali ’dipersyaratkan’ sebagai bagian dari asuhan antenatal yang rutin
b. Para klien harus dilibatkan sebagai peserta aktif dalam pendekatan terhadap pendidikan beserta pemecahan masalahnya
c. Kesiapan mental untuk melahirkan dan mengasuh kelahiran yang akan datang

5. Kesiapan kelahiran yang berfokus pada klien dan masyarakat
a. Rencana persalinan : tempat persalinan, penolong yang terampil, serta perlengkapan ibu & bayi, transportasi yang inovatif serta sistem perujukannya, dana darurat.
b. Asuhan antenatal secara terus menerus terfokus pada klien serta lingkungannya untuk memaksimalkan kesempatan memperoleh hasil kehamilan yang sehat ibu dan anak.

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB BIDAN DALAM ASUHAN KEHAMILAN
Pada setiap tingkat masyarakat dan negara terdapat tindakan yang dapat diambil oleh bidan untuk membantu memastikan bahwa ibu-ibu tidak akan meninggal dalam kehamilan dan kelahiran.

Tindakan-tindakan ini dapat dilakukan pada beberapa tingkatan :
1. Rumah dan masyarakat
2. Pusat kesehatan atau rumah bersalin
3. Rumah sakit

Rumah, masyarakat
a. Bagilah apa yang anda ketahui :
bidan dapat mengajar ibu-ibu, anggota masyarakat lainnya, bidan-bidan lain dan petugas kesehatan lainnya tentang tanda-tanda bahaya. Ia juga dapat membagi informasi tentang dimana mencari petugas dan fasilitas kesehatan yang dapatmembantu jika tanda-tanda bahaya terjadi. Ia dapat menekankan alasan dan keuntungan didampingi oleh penolong kesehatan yang terampil pada saat persalinan selain mempromosikan dan menunjukkan perilaku yang sehat. Bidan juga harus mengajarkan sesuatu berdasarkan kebutuhan orang yang ia layani.

b. Jaringan promosi kesehatan :
bidan harus melakukan kontak yang positif dengan pemuka-pemuka masyarakat, selain ibu-ibu yang lebih tua dan gadis-gadis muda di dalam masyarakatnya. Ia dapat mengajari keluarga dan masyarakat bagaimana mengenali ibu yang memerlukan asuhan kegawatdaruratan dan bagaimana mengatur asuhan tersebut (dana darurat, pola menabung, transportasi, komunikasi, donor darah).

c. Membangun kepercayaan :
bidan harus berperilaku yang memberikan rasa hormat kepada ibu dan keluarga yang ia layani. Membangun kepercayaan adalah suatu keterampilan penyelamatan jiwa. Jika seorang bidan memiliki keterampilan teknis untuk menangani eklampsia atau perdarahan pasca persalinan, tetapi ia tidak dipercaya, maka tidak ada seseorangpun yang akan meminta bantuannya. Walaupun seorang bidan mempunyai keterampilan teknis untuk menyelamatkan jiwa seorang ibu, tetapi tidak memiliki kepercayaan dari ibu tersebut, ia tidak akan diberikan kesempatan untuk mempergunakan keterampilannya dan menyelamatkan jiwa si ibu tadi.

Pusat Kesehatan atau rumah bersalin
a. Asuhan yang berkualitas :
memberikan asuhan yang berkualitas pada kelahiran akan membantu mencegah komplikasi, mendeteksi masalah lebih dini dan kemampuan untuk mengatur , menstabilisasi dan merujuk masalah yang memerlukan penanganan di rumah sakit.

b. Penatalaksanaan kegawatdaruratan awal :
memberikan penatalaksanaan awal perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, aborsi yang tidak aman dan partus macet sangat penting untuk menyelamatkan jiwa ibu.

c. Memberikan contoh yang baik :
bidan harus memberikan contoh yang baik kepada bidan lain, petugas kebersihan dan staf yang lain. Bidan harus memberikan contoh pelaksanaan dan pencegahan infeksi yang baik dan keterampilan-keterampilan interpersonal yang berkualitas.

Rumah Sakit
a. Penatalaksanaan Komplikasi :
memberikan pelayanan seperti bantuan vacum ekstraksi, magnesium sulfat, antibiotik intra vena, plasenta manual, tranfusi darah dan operasi sesar yang sangat penting.

b. Memberikan contoh yang baik :
bidan harus mengajarkan dan memberikan contoh, asuhan maternitas yang berkualitas, termasuk keterampilan berkomunikasi secara interpersonal kepada semua kolega

HAK-HAK WANITA HAMIL
a. Wanita hamil berhak mendapat penjelasan oleh tenaga kesehatan yang memberikan asuhan tentang efek-efek potensial langsung/tidak langsung dari penggunaan obat atau tindakan selama masa kehamilan, persalinan. Kelahiran atau menyusui
b. Wanita hamil berhak mendapat informasi terapi alternatif sehingga dapat mengurangi atau meniadakan kebutuhan akan obat dan intervensi obstetri
c. Pasien kebidanan berhak untuk merawat bayinya sendiri bila bayinya normal
d. Pasien kebidanan berhak memperoleh informasi tentang siapa yang akan menjadi pendampingnya selama persalinan dan kualifikasi orang tersebut
e. Pasien kebidanan berhak memperoleh/memiliki catatan medis dirinya serta bayinya dengan lengkap, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
f. Wanita hamil berhak mendapat informasi efek tindakan yang akan dilakukan baik pada ibu & janin
g. Wanita hamil berhak untuk ditemani selama masa-masa yang menegangkan pada saat kehamilan & persalinan
h. Pasien kebidanan berhak memperoleh catatan perincian biaya RS/tindakan atas dirinya.
i. Wanita hamil berhak mendapat informasi sebelum/bila diantisipasi akan dilakukan SC
j. Wanita hamil berhak mendapat informasi tentang merk obat dan reaksi yang akan ditimbulkan atau reaksi obat yang pernah dialaminya
k. Wanita hamil berhak mengetahui nama-nama yang memberikan obat-obat atau melakukan prosedur tindakan
l. Wanita hamil berhak mendapat informasi yang akan dilakukan atasnya
m. Wanita hamil berhak memilih konsultasi medik untuk memilih posisi yang persalinan yang dapat menurunkan stress

Sumber:
1. Varney. Varney midwifery. Jakarta;1997.

2. Pusdiknakes;WHO;JHPIEGO. Buku asuhan antenatal; 2001

3. Saifudin, abdul bari dkk. Panduan praktis pelayanan maternal dan neonatal. Jakarta;2002.

4. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. Konsep asuhan kebidanan. Jakarta;2001

5. Neil, W.R. Panduan Lengkap Perawatan Kehamilan. Jakarta. Dian Rakyat; 2001.

6. Departemen Kesehatan RI,. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dalam Konteks Keluarga, Jakarta; 1992.

7. Berbagai sumber

kehamilan-keperawatan

Definisi Kehamilan
Kehamilan adalah pertumbuhan dalam perkembangan janin intra uterin mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.

Perubahan Fisiologi
1. Rahim dan Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan otot rahim mengalami hiperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.

2. Vagina (Liang Senggama)
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (tanda chadwicks).

3. Ovarium
Pada terjadinya kehamilan indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu, tetapi setelah bulan IV corpus luteum ini akan mengisut.

4. Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan pemberian ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan yaitu esterogen, progesteron dan somamotropin.

5. Dinding Perut
Pada seorang multigravida disamping strie yang baru terdapat juga garis putih agak mengkilat ialah perut cicatrik dan strie gravidarum pada kehamilan yang lalu.

6. Kulit
Selain strie gravidarum pada kulit terdapat pula hiperpigmentasi kadang-kadang terdapat pada kulit muka (pipi) disebut cloasma gravidarum. Pada umumnya setelah partus selesai gejala hiperpigmentasi ini akan menghilang.

Perubahan Psikologi Kehamilan
Menurut teori Reva Rubin:
1. Trimester I
- Penerima keluarga khususnya pasutri terhadap kehamilannya.
- Perubahan kehidupan sehari-hari.
- Mencari tanda kehamilan.
- Merasa tidak sehat dan membenci kehamilannya.
- Merasakan kekecewaan, penolakan, kecemasan, kesedihan.
- Hasrat hubungan seks terbatas.
- Khawatir kehilangan bentuk tubuh.
- Ketidakstabilan mirip sindroma prahaid, mudah marah, ayunan suasana hati, irasionalisme, cengeng.
- Perasaan was-was, takut dan gembira.

2. Trimester II
- Ibu merasa sehat.
- Perut belum terlalu besar sehingga belum dirasa beban.
- Sudah menerima kehamilan.
- Libido meningkat.
- Mulai merasa gerak janin.
- Merasakan kehadiran bayi sebagai seorang diluar dirinya.
- Merasa terlepas dari rasa cemas dan tidak nyaman.

3. Trimester III
- Disebut periode menunggu dan waspada sebab rasa tidak sabar menunggu kehamilannya.
- Gerakan bayi dan membesarnya perut kadang merasa khawatir bayinya lahir sewaktu-waktu.
- Meningkatkan kewaspadaan timbulnya tidak dan gejala persalinan.
- Rasa tidak nyaman.
- Kehilangan perhatian yang didapat dari hamil.
- Semakin ingin menyudahi rasa kehamilannya.
- Tidak sabaran dan resah.
- Bermimpi dan berkhayal tentang si bayi.

Pembagian Usia Kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester, yaitu:
1. Trimester I : 0-12 minggu.
2. Trimester II : 13-27 minggu.
3. Trimester III : 28-40 minggu.

Lebih lanjut tentang: Konsep Dasar Kehamilan